Wednesday, February 24, 2010

Doodle



DAY 2: 24 Februari 2010

Hari ini saya belajar sesuatu hal yang menarik tentang doodling (itu loh… corat-coret iseng di kertas), saya baca ternyata doodling itu salah satu cara yang dipakai oleh orang-orang yang susah fokus untuk justru bisa fokus pada sesuatu. Jauh sebelum saya baca artikel tentang doodling ini, ternyata saya sudah sangat mengenal metode doodling ini.
Saya bisa dibilang punya daya imajinasi tinggi, dari dulu, waktu di sekolah, setiap guru saya menerangkan pelajaran: saya pasti asik menggambar, mewarnai atau bermain rumah-rumahan menggunakan pensil-pensil dan kotak pensil saya, atau asik mengganggu teman-teman saya (saya sering dihukum karena usil sama teman). Anehnya, walaupun sibuk bermain, sebenarnya saya sambil memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan guru, kalau saya dimarahi guru karena asik main sendiri...kemudian mau tidak mau saya dipaksa fokus hanya mendengarkan...justru saya kehilangan konsentrasi terhadap pelajaran itu (jangan tanya...menderita deh rasanya (ngga ditanya...teuteup dijawab)).
Jadi dulu saya sering di tegur guru atau orang tua saya karena terlihat tidak serius. Sebal dengan mereka semua, saya menemukan cara saya untuk bisa tetap mengakomodir dunia imajinasi saya... ini strategi saya: kalau mereka mau saya belajar... mereka dapatkan saya belajar. Bagaimana sih supaya saya dilihat belajar? Dengan mencatat (semua guru sangat menyukai murid yang rajin mencatat)..maka saya memiliki satu buku tulis yang selalu saya bawa dan gunakan, entah itu di kelas atau pun pada saat jam belajar di rumah (seperti layaknya rata-rata keluarga suku Batak... pendidikan sangat dijunjung tinggi di keluarga saya, setiap hari selama SD saya punya jam belajar sekitar dua jam tiap malamnya....sangat membooooooooooosannnnnkannnn :P).
Sejak saya memiliki buku catatan itu... guru saya tidak lagi menegur saya dan Ibu saya mengira saya sedang belajar tiap malamnya. Padahal mau tahu apa yang saya catat di buku itu? Saya mengarang dan menulis cerita...hahaha... saya punya sekitar empat buku tulis tebal yang isinya cerita karangan saya waktu kecil dulu... (sayang saya sudah tidak tahu buku-buku itu ditaruh dimana), setiap hari di kelas saya meneruskan menulis dan mengarang cerita (saya bahkan pernah di bayar oleh teman sekelas saya untuk menyelesaikan cerita saya itu...karena sebelum ceritanya selesai, saya sudah bosan :P ..padahal mereka sudah terlanjur menyukai cerita saya itu).
Dan dari kecil saya belajar : we got to do what we have to do in order to do what we want to do. Saya sadar, meskipun saya terlihat mencatat, tapi yang jadi ukuran orang tua dan guru saya adalah prestasi akademis saya. Jadi saya menerapkan strategi: “asal ….” (yang saya sangat tidak sarankan…karena sekarang saya sangat meyakini strategi : God and Me deserve the best of me...only my best...nothing less).
Strategi asal itu begini caranya: supaya saya bisa tetap menulis cerita-cerita saya dan membaca buku cerita-buku cerita dengan bebas dan tidak di ganggu gugat, saya harus melakukan hal-hal yang diinginkan guru dan orang tua, setidaknya pada batas asal yaitu: asal naik kelas, asal masuk sekolah unggulan, asal masuk IPA, asal lulus UMPTN, asal ber-IPK 3. Dulu saya ngga pernah memberikan yang maksimal dari diri saya… semuanya secukupnya aja, yang penting standarnya terlewati.
Puji Tuhan…saya diselamatkan dari strategi asal-akut itu. Waktu kuliah di hukum, saya lama kelamaan jatuh cinta sama hukum internasional (jangan tanya kenapa, love is blind hahaha…). Di situ saya akhirnya belajar melakukan sesuatu karena memang saya suka. Untuk kegemaran saya dengan dunia tulis-menulis dan kreatifitas? Saya masih tidak lupa dengan kegemaran saya itu...Tuhan juga tidak lupa, saya dikasih kesempatan sama Tuhan untuk menyalurkan dan mempelajari bakat yang satu ini melalui belajar ilmu komunikasi.

Apa yang saya pelajari hari ini: even if u’re different with others…even if u don’t work the way others do, it doesn’t mean that u’re not good enough… each of us have unique gifts… just follow where the path may lead… it is written in the Book: every path works all together for our goodness.

Nb : Terima kasih khusus untuk orang tua saya dan guru-guru saya.

-WH-

No comments:

Post a Comment