“Too many People spend money they haven’t earned, to buy things they don’t want, to impress people they don’t like”
(Will Smith)
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 PM belum satu kata pun terlintas di pikiran saya, apa yang harus saya tuliskan di blog saya..menurut Yaro Starak salah satu cara untuk meningkatkan jumlah pengunjung blog adalah dengan mem-posting satu artikel tiap harinya. Setelah lama…lama…dan lama saya berpikir mencari topik apa yang sebaiknya saya tuliskan dan tetap tidak juga mendapatkan ide..suatu hal yang lain malah terlintas di pikiran saya. Saya tersadar bahwa saya tidak mendapatkan ide apapun karena cara berpikir saya ketika mencari ide bahan tulisan ini adalah: setiap kali ada ide pop-up (saya selalu membayangkan ide seperti popcorn yang apabila dimasak, kita harus siap dengan butiran-butiran jagung yang siap meledak-ledak dan berloncatan kapan saja tanpa bisa tertebak arahnya..sama seperti ide dalam pikiran kita) dari pikiran saya, kemudian secara otomatis pikiran saya akan mengujinya dengan pertanyaan: Apakah bahan tulisan ini cukup pintar? Apa kira-kira kesan orang setelah membaca tulisan ini? Apa kata orang nantinya tentang tulisan ini? Apa nanti komentar si A-Z yang 1000 x lebih jago dalam menulis dan dalam berbagai hal bila ia membaca tulisan ini?
Percaya tidak percaya hal itulah yang saya pikirkan, menyedihkan memang. Tapi kalau Anda dan Saya mau jujur, seringkali apa yang kita lakukan dan pikirkan berangkat dari motivasi hanya untuk menyenangkan orang, untuk membuat orang lain kagum atau untuk merasa diri lebih hebat dari orang lain.
Jadi saya tidak berhasil mendapatkan ide bahan tulisan karena motivasi saya tidak benar-benar tulus untuk memberikan manfaat bagi orang lain, tapi ada motivasi tersembunyi untuk meninggikan diri sendiri. Ketika kemudian saya menulis saja bahan tulisan saya ini tanpa peduli apa kesan orang nantinya terhadap diri saya, maka kata demi kata pun bermunculan dengan mulusnya.
Seringkali dalam hidup kita, kita tidak melakukan sesuatu hanya karena takut dengan pendapat orang terhadap apa yang kita lakukan, karena kita sama-sama tahu ...kadang-kadang orang bisa sangat kejam dalam memberi kritik dan bisa sangat pelit dalam memberi pujian dan mengakui hal-hal baik yang telah dilakukan orang lain. Terkadang begitu kejamnya pendapat yang kita lontarkan kepada orang lain sehingga orang lain bahkan tidak berani bermimpi lagi hanya karena kata-kata merendahkan yang keluar dari mulut kita. Percaya tidak percaya hal ini dialami oleh banyak orang lain, saya mengenal beberapa orang yang akhirnya kuliah di bidang yang ia tidak sukai dan bekerja di bidang yang bukan minatnya hanya karena ia tidak berani melawan arus pemikiran orang-orang di sekitarnya dan mengambil resiko ”dikecilkan’, atau orang yang sangat pintar dan berwajah tampan yang tidak memiliki percaya diri dalam hidupnya karena sepanjang hidupnya ia tidak diizinkan melakukan kesalahan dan sepanjang hidupnya ia akan dikritik apabila melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya (sebetulnya patokan ’yang seharusnya’ yang digunakan orang untuk kerap kali mengkritik itu sangatlah juga tidak jelas).
Jadi kalau saya simpulkan:
v Di tulisan ini saya kembali diingatkan untuk tidak terlalu keras kepada diri saya apalagi orang lain, Tuhan saja tidak menghakimi (sampai hari-Nya kelak), kenapa kita harus menghakimi?
v Ketika melihat kesalahan atau tindakan orang lain yang sepertinya begitu bodohnya atau bahkan sangat patut dikritik, sebaiknya kita menahan kata-kata apa pun itu yang ada dalam pikiran kita, dan bertanya kepada diri kita: apakah kritik pedas ini bila dilontarkan kemungkinan besar akan berdampak baik pada orang yang kita kritik? Karena apa yang kita lakukan kepada orang lain bisa memantul balik kepada kita berkali-kali lipat, dan kita kan tidak mau kalau sampai yang memantul balik itu adalah hal-hal yang tidak baik bukan?
v Terakhir, karena saya tidak punya petuah bijak, ijinkan saya memberitahu kepada anda kata-kata dari Mary Angelou, penulis wanita favorit saya, yang dikirimkan lewat email oleh teman saya:
In April, Maya Angelou was interviewed by Oprah on her 70th birthday.
Oprah asked her what she tought of growing older. And, there on television, she said it was “Exciting.”
Regarding body changes, she said there were many occurring everyday…like her breasts. They seem to be in a race to see which will reach her waist first.
The audience laughed so hard they cried. She is such a simple and honest woman, with so much wisdom in her words!
Maya Angelou said this:
“I’ve learned that no matter what happens, or how bad it seems today, life does go on, and it will be better tomorrow.”
“I’ve learned that you can tell a lot about a person by the way he/she handles these three things: a rainy day, lost luggage, and tangled Christmas tree lights.”
“I’ve learned that regardless of your relationship with your parents, you’ll miss them when they’re gone from your life”
“I’ve learned that making a “living” is not the same thing as making a life”
“I’ve learned that life sometimes gives you a second chance”
“I’ve learned that you shouldn’t go through life with a catcher’s mitt on both hands; you need to be able to throw some things back”
“I’ve learned that whenever I decide something with an open heart, I usually make the right decision.”
“I’ve learned that even when I have pains, I don’t have to be one.”
“I’ve learned that every day you should reach out and touch someone. People love a warm hug, or just a friendly pat on the back.”
“I’ve learned that I still have a lot to learn”
“I’ve learned that people will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.” (Sengaja di Bold dengan font lebih besar)
Kalimat terakhir adalah yang paling menyentuh saya.
-Widia-